Bisakah Museum Menjadi Tujuan Wisata Utama?
Table of Contents
Museum tujuan wisata utama semoga bukan impian belaka. Saya mengenal museum dari mas Sugeng, kakak sulung kami. Demikian pula pertama kali mengunjungi museum juga atas ajakan kakak saya ini. Saat itu usia saya sikitar 5 tahun, masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Karena saya anak bungsu, dan usia kami terpaut 13 tahun, saya sering diajak jalan-jalan ketika mas Sugeng mendapat tugas mengasuh saya. Saya ingat, museum pertama yang kami datangi adalah museum Radya Pustaka di Surakarta. Setelah itu ke museum Pers Indonesia di Monumen Pers Nasional. Keduanya berada di kota Solo, cukup dekat dari rumah kami yang berada wilayah kabupaten di Boyolali.
Ternyata inilah yang membuat saya tertarik pada hal-hal yang berbau sejarah, catatan-catatan peristiwa, yang sebagian besar terkumpul dan dipajang di musem. Sampai sekarang, entah sudah berapa banyak museum yang saya kunjungi. Sayangnya tidak semua saya ingat secara detil seperti apa dan bagaimana koleksi museum yang saya kunjungi, termasuk salah satunya adalah museum Ranggawarsita. Kalau tidak salah sekitar kelas 1 Sekolah Dasar waktu kami sekeluarga berdarmawisata ke Semarang.
Arti Museum untuk Saya
Kesan pertama kali sewaktu masuk ke museum adalah rasa takjub. Bagaimana bisa benda-benda yang awalnya hanya saya dengar dari cerita bapak saya, terlihat nyata di depan mata. Atau apa yang saya baca dari buku-buku yang dibelikan kakak saya, ternyata dibuat diorama lengkap di museum. Hal itu membuat saya merasa berada di zaman yang sama dengan peristiwa tersebut.
Museum membuat saya menemukan bukti sejarah, seperti peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang, misalnya. Saya seolah ikut merasakan bagaimana mendebarkannya peristiwa penghadangan Dr. Karyadi oleh tentara Jepang yang kemudian membunuhnya dengan keji, dengan tembakan bertubi-tubi. Mengikuti cerita semacam ini dari museum kemudian memupuk lebih tebal kecintaan saya terhadap Tanah Air Indonesia, karena membayangkan betapa beratnya perjuangan para pahlawan saat itu.
Berbagai peristiwa masa lalu juga bisa saya cerna dengan lebih baik, dan menerima dengan logika latar belakang dari peristiwa tersebut. Hanya dengan melihat replika tandu Pangeran Diponegoro, saya merasakan beratnya beliau memimpin perjuangan bangsa Indonesia. Dalam keadaan sakit, ditandu ke mana-mana dengan penutup yang hanya terbuat dari selimut tipis-yang bisa saja membuat sakitnya semakin parah- tetapi semangat perjuangan beliau tak surut sedikitpun.
Baca juga : Lomba Virtual 17 Agustus, Seru Banget!
Museum Tempat Menyimpan Bukti Sejarah
Dari catatan sejarah yang tersimpan di museum saya sedemikian takjub dengan kekuatan rakyat Indonesia yang hanya berbekal senjata seadanya, mampu mengusir dua negara yang menjajah bangsa Indonesia. Kebersamaan, persatuan, dan kuatnya tekad rakyat Indonesialah kemerdekaan bangsa ini kemudian bisa dinikmati.
Semakin saya besar, saya semakin mengagumi museum sebagai bukti sejarah yang autentik. Betapa asiknya jika untuk semua orang, useum jadi tujuan wisata utama. Kebiasaan melihat peristiwa dengan bukti nyata dari data yang ada, membuat saya tidak mudah percaya kabar simpang-siur atau lebih sering disebut berita hoax. Buat saya tanpa bukti nyata yang bisa dinalar dengan logika, dibuktikan dengan kajian ilmu yag ada, hoax tak lebih dari ocehan anak kecil yang penuh dengan khayalan.
Saya bersukur bisa mendapatkan pemahaman positif ini, mengenal sejarah, mempelajarinya dan mendalaminya dari mengunjungi museum. Namun, apakah semua orang Indonesia sepakat dengan saya? Menggunakan museum sebagai pusat informasi masa lalu (sejarah) terpercaya?
Kondisi Museum Saat Ini
Ini yang membuat saya merasa prihatin dan selalu bertanya dalam hati, mugkinkah terwujud museum tujuan wisata utama? . Setiap melewati beberapa museum di kota Solo, dimana saya tinggal saat ini, hampir semua terlihat sepi, minim pengunjung. Jika ramai, biasanya karena ada rombongan study tour anak sekolah. Berbeda dari destinasi wisata masa kini yang selalu penuh pengunjung, bahkan sampai antre.
Duh, sedihnya… bagaimana anakmuda bisa mengenal sejarah bangsanya, kalau meraka tidak mau mendatangi tempat di mana bukti sejarah itu berada? Bagaimana mereka bisa merasakan bagaimana suasana perjuangan kemerdekaan kalau mereka hanya membaca dari buku pelajaran, yang jumlahnya juga amat sedikit dibanding komik bacaan yang bersifat hiburan lainnya. Saya pun muali berpikir bagaimana supaya generasi muda Indonesia mau mengenal lebih dekat sejarah bangsanya, supaya mereka bisa mempertahankan apa yang sudah diaraih. Bisa memperjuangkan kejayaan bangsa ini dengan lebih baik lagi.
Saya berpikir, apa yang menbuat remaja-remaja kita tidak melirik museum sebagai destinasi wisata utama, ya? Apa karena tampilan museum yang memang kurang menarik? Tempatnya yang cenderung biasa saja, tak semegah wahana-wahana baru bagi remaja. Barangkali memang kenyataannya adalah bahwa museum adalah sesuatu yang kuno, beda zaman, statis, dan untouchable ( tidak boleh disentuh). Mungkin inilah yang ada di pikiran mereka.
Baca juga : Menjadi Pembaca Cerdas
Museum Tujuan Wisata Utama, Akankah Terwujud?
Bukankah di tangan anak muda ini masa depan bangsa akan dipertaruhkan? Jika mereka tak mengenal sejarah bagaimana kemerdekaan bangsa ini diraih, lalau dari mana mereka bisa memiliki semangat yang sama dengan para pejuang dulu untuk menempatkan bangsa kita menjadi bangsa yang bermartabat?
Mungkin ini Pekerjaan Rumah bagi kita semua, bagaimana supaya museum bisa menjadi tempat yang asik dikunjungi bagi anak muda. Bukan hanya karena dalam rangka mengerjakan tugas sekolah, tetapi untuk lebih mengenal sejarah bangsanya.
Andai saja ana muda tahu, kenyataan sebenarnya yang didapat dari musem tidak hanya pelajaran sejarah. Banyak sekali nilai positif yang bisa kita dapat dari mengunjungi museum. Seperti bagaimana awal mula batik Indonesia dan perkembangannya, sebuah kajian penting untuk mereka yang berminat terjun ke dunia fashion.
Museum juga bisa menjadi rujukan penting bagi para pelajar atau mahasiswa yang suka dunia rancang bangun. Bagaimana orang zaman dulu membuat bangunan sederhana yang difungsikan sedemikian rupa menjadi rumah, tempat belajar, lumbung, bahkan benteng pertahanan.
Bagaimana Sebaiknya Museum di Indonesia Menarik Minat Kawula Muda?
Saya memiliki beberapa gagasan supaya kawula muda, generasi penerus bangsa Indonesia bisa menggunakan museum untuk menempa mereka. Menempa dari sisi keilmuan supaya mereka lebih menguasai teori-teori dan membuat implementasi dengan karya yang bermanfaat bagi umat manusia.
Sosialisasi dan Promosi
Dua kegiatan ini haruis dilakuakn secara gencar. Kalau ada istilah tak kenal maka tak sayang, maka show off atau unjuk diri museum harus terrus dilakukan. Supaya menarik tentu saja harus dengan menggunakan media yang banyak dipakai anak mudan untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Sosial media seperti Instagram, Twitter, Tik-tok, YouTube, Telegram, dan lain-lain adalah tempat nongkrong anak muda zaman sekarang. Jadi melalui sosial media ini promosi tentang museum akan lebih efektif. Cara berpromosipun juga harus dengan cara anak muda, mengguanakan figur anak muda, dengan bahasa yang lebih mereka terima.
Challenge (Tantangan)
Salah satu cara mengenalkan museum adalah dengan membuat kegiatan dengan format semacam tantangan. Sesuatu yang banyak disuka anak muda. Sebagai contoh adalah tantangan mengunjungi musem, membuat foto selfie di area musem dan mengunggahnya ke akun sosial media mereka. Caption atau catatan seputar museum yang mereka kunjungi akan bisa menjadi pancingan bagi anak muda lain untuk datang juga ke museum yang sama. Selanjutnya diharapkan anak muda akan melihat serunya berkunjung ke museum, sejarah yang bisa mereka ketahui dari koleksi di museum. Goal selanjutnya adalah menempatkan museum sebagai tujuan wisata utama.
Lomba-lomba
Ada banyak lomba yang bisa menarik anak muda untuk menjadikan museum menjadi tujuan wisata utama. Awalnya mungkin memang karean mengikuti lomba, tetapi setelah mereka masuk dan melihat secara langsung, mereka bisa mulai suka dan menjadikannya sumber rujukan utama belajar sejarah.
Lombanya bisa bermacam-macam, mulai membuat tulisan berupa karya tulis atau blog competition, lomba poster, desain grafik, dan rancang bangun. Salah satu contoh lomba rancang bangun adalah membuat replika dari benda bersejarah seperti candi atau kapak kuno, buku kuno, dan lain-lain. Lomba ini juga bisa menggandeng lembaga yang fokus pada masalah isu lingkungan, dengan mengguankan limbah atau sampah sebagai bahan pembuatan replika.
Lomba lain adalah lomba rancang bangun ruang pamer museum. Dari lomba ini, kita bahkan bisa mengetahui ruang pamer museum seperti apa yang menarik untuk mereka.
Ada juga lomba membuat jingle, atau lagu pendek yang berkaitan dengan museum. Dengan lagu-lagu yang disukai anak muda, jingle bisa jadi sarana untuk menarik minat anak muda mengunjungi meuseum. Jingle ini bisa digunakan sebagai iklan atau promosi di media sosial.
Lomba-lomba ini awalnya memang untuk menarik minat anak muda mengunjungi meseum. Selanjutnya jika mereka sudah mengenal dengan lebih, mereka akan bisa memanfaatkan museum untuk belajar sejarah.
Volunteer atau relawan
Relawan dari anak muda bisa kita rekrut untuk menjadi pemandu wisata lepas (freelance). Dengan belajar menjadi pemandu wisata, para relawan ini juga bisa belajar ketrampilan public speaking. Jika ini dibuka untuk usia SMA sampai mahasiswa perguruan tinggi, pasti meraka akan tertarik untuk ikut terlibat.
Bagaiman ide-ide ini bisa diwujudkan, sementara Indonesia masih harus bersabar dengan badai pandemi Covid.19? Jawabannya adalah dengan cara online. Sesuatu yang sangat mudah dan jamak dilakukan akhir-akhir ini. Cara-cara virtual bisa dilakukan mulai dengan kunjungan ke museum, sampai lomba-lomba yang mendorong anak muda lebih mencintai museum.
Salah satu hal yang membuat museum kurang dilirik karena tidak setiap tempat ada. Sepertinya, hanya di kota besar atau ibukota ya?
Beda dengan wisata alam, semacam pantai, sungai atau gunung, lebih banyak adanya.
Persepsi orang masuk museum memang mencari ilmu sih. Tapi karena yang mau masuk malas mikir, hehe, makanya tidak tertarik ke museum.
Memang harus ada inovasi dari pihak pengelola museum sendiri. Sebab, persepsi selama ini, museum hanya untuk studiwisata. Itupun dulu ikut karena dipaksa ikut.
Saya termasuk orang yang jarang main ku museum. Tapi setelah membaca tulisan ini saya jd tertarik main ke museum.
Aku benernya suka lho ke Museum, bisa lama tuh dibacain satu-satu informasi yang ada. Museum sekarang banyak yg udah interaktif juga sih.
Tapi kurang sreg sih Museum yg ada dioramanya, yg ada patung orang-orangan gitu. Kayak gimanaaa…Pengaruh film deh ini…haha…Kalik tiba-tiba gerak…
Betul sekali mbak sita. Sama kayak di Museum Lampung…sepi jika tidak musim liburan atau musim anak sekolah. Cuma betul saya juga suka banget berkunjung ke museum. Rasanya seru bisa kenal barang2 peninggalan sejarah…
Harusnya biar museum rame pemerintah bisa membuat inovasi di sekitar mseum dibuat sesuatu hal yg bisa menarik massa untuk datang.
Bisa kok museum menjadi tujuan wisata, tapi yang aku lihat sekarang jarang banget anak milenial dan gen Z ke museum . Kalau ke museum itu yang pasti dan lebih baik didampingi
guide karena kita jadi tau sejarahnya , jangan cuma buat foto dan video aja ya.
Kalau mau menyasar anak muda maka kita memang harus melakukan pendekatan ala anak muda ya mba, yamisal dg challenge dsb gitu.
Wah padahal museum di Solo jadi target saya setelah Jogja, Mbak. Kalian punya harta yang luar biasa bernama museum.
Kami sekeluarga pecinta wisata sejarah. Berkunjung ke bangunan-bangunan cagar budaya dan museum selalu jadi salah satu agenda saat liburan
Sayang banget sejak pandemi, semua rencana kunjungan jadi tertunda
Pasti menyenangkan sekali kalau bisa virtual tour ke museum2 ya
Sejauh yg saya alami, wisata museum blm jadi wisata utama. Pelancong kadang skip museum yg udah dlm itinerary. Saya pun kl ke suatu daerah yg saya cari wisata alamnya dulu ??
Saya termasuk orang yang jarang ke museum. Hanya satu museum yang sering saya datangi, yaitu museum Lagaligo di Makassar. Situasinya yang sepi membuat anak-anak malas ke sana. Semoga suatu saat museum bisa menjadi tujuan wisata anak milenia.
Masuk museum sama dengan belajar sejarah, entah kenapa saya sendiri suka sekali masuk museum. Selain perpustakaan, museum jadi tempat yang menyenangkan buat belajar. Kalau penataannya bagus, museum bisa jadi tempat wisata yg instagramhable
Selain sepi karena peminat non pengunjung sekolahan, yang aku perhatikan memang pengelolaan museum juga masih kurang menjual rasa penasaran. Ditambah lagi, saat ini pandemi, makin beraaatt …
Aku sendiri ke museum terakhir ya ke museum geologi di Bandung, yang memang ingin ke sana sih.