Alasan Memilih Sekolah untuk Anak

Memilih sekolah untuk anak bukan perkara mudah bagi orang tua. Banyak orang tua yang dibikin pusing tiap masuk tahun ajaran baru, terutama saat masuk jenjang sekolah berikutnya. Kalau saya ingat waktu pertama kali akan menyekolahkan anak-anak (tahun 2008), sudah sejak bulan Desember tahun sebelumnya sekolah swasta membuka pendaftaran. Sementara sekolah negeri memang baru menerima murid menjelang tahun ajaran baru atau sekitar bukan Juni. Lebih tepat lagi setelah kenaikan kelas. Ya, memang begitulah aturan yang berlaku.

Sebenarnya kalau kita ditanya, apa sih tujuan masuk madrasah atau sekolah? Ya kalau dalam konteks menyekolahkan anak, tentu kita ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak. Bulan Desember 2007, suami saya sudah mencari informasi untuk mendapatkan sekolah yang ideal bagi anak-anak kami. Yang dilakukan suami waktu itu adalah melihat keunggulan sekolah yang direferensikan teman atau saudara. Lalu mendengarkan tips memilih sekolah menurut orang-orang yang sudah berpengalaman. Bahkan, meskipun waktu itu anak kami baru akan masuk PAUD, masukan berupa tips memilih sekolah SMP pun tetap kami dengarkan.

Memilih Sekolah Terbaik untuk Anak

Untuk menentukan sekolah yang tepat bagi anak-anak kita, pasti butuh waktu untuk berpikir dan menimbang. Lagi-lagi kami ngangsu kawruh atau belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memilih sekolah TK yang baik untuk anak. Suami dan saya juga berdiskusi mengenai memilih sekolah untuk anak menurut Islam. Kalau dihitung-hitung hampir satu tahun kami mengumpulkan informasi tentang sekolah-sekolah terbaik di Solo, terutama untuk jenjang TK.

Sementara suami berkutat dengan pemilihan tempat belajar anak, saya mulai mengajak Dian (anak sulung saya) untuk mengobrol kenapa kita perlu pergi ke sekolah, dan kenapa perlu sekolah. Saat itu yang kami bicarakan ya sebatas bahwa nanti akan banyak teman dan mainan di sekolah. Tempat seru bermain bersama guru, mendengarkan cerita atau dibacakan buku-buku.

Memang, masa kecil anak-anak di rumah banyak diwarnai dengan buku-buku, dibacakan cerita, diajak mewarnai dan menggambar, atau sekadar melihat buku-buku dengan berbagai tema. Rasanya hampir semua keluarga melakukan untuk anak-anak mereka. Buku-buku berserakan atau sobek dan tak utuh (tapi masih disimpan) sepertinya menjadi pemandangan yang sangat wajar bagi keluarga yang memiliki anak balita. Saat di mana sebenarnya anak-anak sudah mendapatkan madrasatul ‘ula dari ibu dan ayahnya. Masya Allah… Tabarakallah.

Pilih Sekolah Negeri atau Swasta?

Secara umum, di Indonesia sekolah dibedakan menjadi dua, sekolah negeri dan sekolah swasta. Apa itu sekolah negeri dan apa itu sekolah swasta? Sebenarnya yang membedakan keduanya adalah pada penyelenggara sekolahnya saja. Sekolah negeri adalah milik negara (barangkali inilah asal muasal kata sekolah negeri itu), dikelola dan diselenggarakan oleh pemerintah. Kalau di tingkat yang paling atas, penyelenggaraan sekolah bagi masyarakat diurus oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sedangkan pada tingkat terendah atau di tingkat Kecamatan/Kota diurus oleh Dinas Pendidikan.
Peraturan tentang pendidikan di Indonesia yang saat ini berlaku adalah Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang ini mengantikan peraturan sebelumnya yaitu UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di bawahnya ada peraturan-peraturan lain yang mengatur secara detil mulai dari batasan materi yang diajarkan, sampai kompetensi guru.

Sekolah Swasta Terbaik di Indonesia

Lalu sekolah swasta itu yang bagaimana? Sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh lembaga swasta (bukan pemerintah). Lembaga swasta yang dimaksud bisa yayasan, organisasi, atau bahkan perorangan. Kekurangan sekolah swasta dibandingkan sekolah negeri yang paling menonjol adalah masalah biaya pendidikan. Ringkasnya, secara umum orang memahami sebagai sekolah swasta sebagai sekolah berbayar dan sekolah negeri adalah sekolah gratis. Meskipun pada kenyataannya ya.. mana ada yang benar-benar gratis, ya kan?

Kalau sisi biaya menjadi keunggulan sekolah milik pemerintah, maka kekurangan sekolah negeri dibandingkan sekolah swasta salah satunya adalah kualitas. Kualitas di sini bisa dilihat dari sarana dan prasarana sekolah dan kualitas atau kompetensi guru. Ya, ini bukan satu-satunya pembeda, sih.

Nah, itu sekadar gambaran awal saja sebelum kita masuk ke pembahasan utama artikel ini, yaitu alasan memilih sekolah yang perlu dihindari. Maksudnya, dari sekian alasan kita memilih sekolah, jangan sampai menjadikan alasan-alasan ini menjadi yang utama dalam memilih sekolah terbaik untuk anak.

Hindari 5 Alasan Ini Ketika Memilih Sekolah untuk Anak

1. Karena Murah

Biaya memang menjadi alasan kuat dalam memilih sekolah, ya bagaimanapun duit jga yang akan kita keluarkan setiap bulannya untuk membiayai pendidikan anak-anak kita. Namun, ada baiknya tidak kita tempatkan alasan hemat biaya sebagai yang utama.

Penjelasannya begini, bukankah kita menginginkan pendidikan terbaik untuk anak kita? Yang berkualitas, yang terbaik mana ada yang murah. Ya, kan? Lalu apa berarti saya minta Teman-teman memilih sekolah yang mahal? Bukan, bukan begitu maksudnya. Baiknya, soal biaya atau murahnya sekolah bukan menjadi alasan utama. Taruhlah kita punya referensi 5 sekolah. Diantara kelimanya bisa kita pilih kualitasnya dulu. Jika kemudian mengerucut menjadi 3 pilihan sekolah berkualitas, maka boleh kita pilih dari ketiganya ini, mana yang biayanya lebih hemat. Jatuhnya tetap kita cari sekolah yang lebih murah, tetapi murahnya ini bukan alasan utama.

2. Karena Dekat

Terkadang orang tua tidak mau repot mengantar dan menjemput sekolah. Bolak balik antar jemput anak sekolah memang hanya soal mudah, tapi bikin lelah. Haha. Alasan mengurangi kerepotan inilah yang kemudian membuat orang tua memilih sekolah yang jaraknya dekat dengan rumah. Apa ini salah? Nggak juga sih, tetapi coba telaah seberapa repot, sih, antar jemput anak sekolah, jika dibandingkan kerepotan kita di masa yang akan datang karena anak kita tidak mendapatkan pendidikan yang baik.

Sekarang gini, sekolah yang dekat rumah itu kalau diranking dari seluruh sekolah di kota tempat kita tinggal ada di urutan bawah. Masa iya, kita tega menyekolahkan anak kita di sekolah yang out putnya biasa-biasa saja?
Lalu gimana, dong? Sama seperti nomor satu tadi, jarak boleh dijadikan alasan kedua, tetapi yang utama tetap harus pertimbangan dari kualitas sekolahnya. Setuju?

3. Karena Ikut-ikutan Teman

Salah satu pertanyaan interview sekolah yang pernah saya dapati adalah “Apa alasan Bapak dan Ibu menyekolahkan ananda di sini, apakah karena ikut-ikutan saudara atau teman?” Waktu itu saya tertawa mendengar pertanyaan tersebut, saya pikir pewawancara sedang bercanda untuk mencairkan susasana wawancara. Rupanya ini pertanyaan serius dalam sesi tanya jawab dengan orang tua saat test masuk TK anak saya. Pertanyaan ini bermaksud menanyakan keseriusan peran orang tua dalam pendidikan anak-anaknya. Soal sekolah adalah hal serius yang tentu tidak bisa hanya berdasar ikut-ikutan. Sekolah membutuhkan peran aktif orang tua sebagai pendidik anak di rumah. Kolaborasi orang tua dan sekolah mutlak diperlukan supaya pendidikan anak bisa sukses.

4. Karena Keinginan Kuat Orang Tua

Kalau yang keempat ini adalah alasan sentimentil orang tua yang mungkin melekat kuat sejak masa kanak-kanak. Hayo, cung… siapa yang menyekolahkan anak ke sekolah emak atau bapaknya dulu? Apakah yang ini tidak dibenarkan? Tidak juga! Sekali lagi jangan kita jadikan alasan menyuburkan kenangan masa kecil kita yang bahagia untuk menyekolahkan anak kita. Jamane wis beda, buk. Ya, kan? Jadi nggak harus kalau dulu kita sekolah di A lalu anak kita harus sekolah di situ juga.

5. Karena Gengsi

Alasan ini wajib dihindari! Dah, lah buang apa itu gengsi. Kalau tetangga sekompleks menyekolahkan anak di sekolah nomor wahid di kota kita, tetapi dalam hati kita tidak cocok dengan sistem pendidikannya, ya jangan dipaksakan. Atau teman-teman kita segroup WA menyekolahkan anak mereka di kawasan elit yang biayanya selangit. Lha kalau plafon kita nggak sampai, nggak perlu memaksakan diri, kan?

Alasan Terbaik Memilih Sekolah untuk Anak

1. Niat Membekali Ilmu untuk Anak

“Innamal ‘a’malu binniyaat” segala sesuatu itu (dihitung) berdasarkan niat. Mari pilih sekolah terbaik dengan niat membekali ilmu bagi anak-anak kita. Ilmu agama adalah yang paling utama, supaya kelak anak-anak bisa membedakan yang haq dan yang batil. Memiliki akidah yang kuat, dan membentuk karakter akhlakul karimah.
Kalau Teman-teman pernah mendengar kisah tentang para pejuang thalabul ‘ilmi yang diganjar surga bahkan sejak mayatnya dimasukkan liang lahat, maka bersungguh-sungguhlah dalam membekali anak dengan ilmu. Jadikan ini alasan utama lalu pilihlah sekolah yang sesuai atau mendukung niat kita tersebut. Bisa jadi pilihan kita jatuh pada sekolah swasta berbasis agama, sekolah negeri atau ke pesantren. Yang pasti tujuan memiliki anak turun generasi berakhlak dan berilmu itu yang menjadi pijakan awalnya.

2. Sesuaikan dengan Karakteristik Anak

Tidak semua sekolah bagus cocok untuk semua anak. Anak yang cenderung banyak gerak dan suka bereksplorasi, mungkin cocok dengan sekolah alam. Ini salah satu contoh saja, masih banyak lagi yang lainnya. Dengan memilih sekolah sesuai karakter, maka kita seperti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Pas aja jatuhnya.

3. Libatkan Anak dalam Memilih

Sekarang bukan lagi zamannnya paksa memaksa, ya, buk-ibuk. Meskipun baru masuk TK, kita bisa ajak anak untuk ikut menentukan pilihan mau sekolah di mana. Toh anak-anak seumuran ini masih bisa diarahkan atau dipengaruhi pilihannya. Namun, setikanya dengan melibatkan anak dalam pilihan tempat belajar, kita sekaligus mengajari anak untuk mulai mandiri, termasuk soal menentukan pilihan.

Orang Tua dan Sekolah Pertama

Nah, pada akhir tulisan ini, saya ingin mengajak teman-teman mengingat satu hal, bahwa kita tidak sedang akan membuat baju pada desainer atau penjahit. Saat kita meminta dibuatkan baju, kita tinggal bilang mau model apa dengan pernak pernik tambahan apa, lalu kembali beberapa waktu kemudian dan mengambil baju pesanan. Kalau baju tidak sesuai dengan kemauan kita, tinggal komplain dan minta penjahit untuk memperbaiki.

Menyekolahkan anak bukan seperti ini, kan? Tidak bisa kita pasrah total pada sekolah untuk menjadikan anak kita seperti yang kita mau tanpa melibatkan diri kita dalam prosesnya. Apalagi orang tua adalah pendidik utama bagi anak-anaknya, sekolah justru hanya pelengkap dari program pendidikan yang ayah-ibunya canangkan.

Jadi, yang lebih ideal adalah bahwa di manapun sekolah anak kita, maka keterlibatan kita sebagai orang tua adalah yang utama. Orang tua sebagai guru di rumah sebaiknya membagun sinergi dengan guru di sekolah. Tujuan akhirnya adalah mencetak generasi penerus sesuai cit-cita dan keinginan orang tuanya, generasi berakhlak dan berilmu yang akan menjadi manusia sukses di masa depannya.

Wallahu a’lam.

***

Artikel  ini diikutkan dalam Tantangan  Artikel Pasukan Blogger Joeragan Artikel bulan Juni 2021 dengan tema “memilih Sekolah”

#bloggerJoeraganArtikel