Setelah jeda cukup lama, saya dapat kesempatan menyelesaikan review buku yang tertunda. Sudah tinggal bagian akhir (dan biasanya bagian yang penting) sayang banget kalau tidak diselesaikan. Jadi supaya tujuan penulis buku ini tercapai saya lanjutkan review buku “Hijrah Sakinah”

Supaya nyambung dengan review sebelumnya boleh dibaca dulu review bagian 1-3 

Media Sosial Pemicu Anti Sosial

 
Baiklah, kita masuk di bab tentang sosmed yang dijabarkan dengan judul “Ketika media sosial membuat anti sosial”. Judulnya pas banget deh. Dari halaman 141 sampai 160 penulis berusaha membuka mata pembaca tentang efek buruk dari media sosial jika tidak ada tujuan baik dalam penggunaannya. Jadi memang kendalinya pada niat baik kita menggunakan media sosial, untuk kebaikan (mengambil manfaat) atau kesia-siaan. 
 
Dalam bab ini ada beberapa listing tips berkaitan dengan positif ber-medsos. Diantaranya tentang kopdar atau kopi darat, bagaimana mencegah kecanduan medsos, supaya tidak “gila” terseret drama medsos dan bagaimana curhat di medos. Dibahas juga tentang kotak kaca yang kadang jadi perngganggu dalam rumah tangga yaitu televisi. Satu hal yang penting untuk digaris bawahi dari bab ini adalah bahwa suami dan istri adalah pakaian satu sama lain. Maka sudah seharusnya saling melindungi bukan membuka rahasia kesana kemari. Hmm… nonjok betul.

 

 

Bab selanjutnya adalah tentang Kesetiaan. Bab yang menurut penulis bagus dibaca bagi para suami, atau tepatnya dibaca bersama sama dengan pasangan. Alasannya adalah bahwa tugas suami bukan hanya untuk setia di samping istri, tetapi juga menjaga agar istri setia padanya. Banyak hal penting yang perlu tidak sekedar dibaca, tetapi direnungi dan tentu saja dilaksanakan. Yaitu tentang kecemburuan dalam rumah tangga, tentang mantan dan CLBK, lalu “Predator itu bernama Pelakor” dan tentang kebiasaan mengunggah swafoto di medsos yang bisa jadi pengikis kesetiaan. Pembahasan menarik ini ada di halaman 161-180.

 

Penghancur Utama

Penghancur rumah tangga  yang utama adalah setan. Eratkan hubungan suami-istri seperti rapatnya shaf shalat supaya tidak ada celah bagi setan untuk menggoda. Prestasi terbesar bagi setan adalah ketika ia bisa memisahkan suami dengan istri dalam akad cerai. Pada keadaan ini setan akan dapat apresiasi lebih dari teman-temannya. Naudhubillahi min dzalik.
Godaan lain yang juga bisa menghancurkan ikatan perkawinan adalah orang-orang dengan mulut lincah. Untuk orang dengan tipe ini, tidak perlu didengar kata-katanya,  karena sejatinya apa yang ia ucapkan adalah berasal dari bisikan setan.

 

Hati-hati juga dengan perempuan perusak rumah tangga. Menurut penulis, ada alasan mengapa perempuan yang memiliki fisik dan otak bagus bisa menjadi pengganggu para pria mapan (biasanya sudah berkeluarga), Yang pertama bahwa dia tidak mau mencari nafkah, tidak ingin merepotkan diri dengan pernikahan, lalu adanya trauma masa lalu dan yang terakhir adanya kelainan psikologis. 
 
Keempat alasan ini bukanlah alasan yang bisa dibenarkan untuk
merusak ikatan yang diikrarkan dengan nama Allah. Bagaimana supaya bisa terhindar dari godaan setan model ini? Jawabannya adalah mendekatkan diri pada Allah, supaya terlindungi dan terhindar dari godaan setan.
Kadang godaan juga berasal dari keluarga besar  baca tentang hal ini di halaman 191-198. Hati-hati juga dengan sahabat (sedekat apapun), dengan teman dekat ini tetap harus ada batas yang jelas mana yang boleh dibagi dengan sahabat dan mana ranah privasi kita.
Jika diminta memlilih bagian mana dari buku ini yang paling penting, menurut saya ada pada halaman 206. Menurut saya, disinilah inti dari usaha supaya “hijrah sakinah” terlaksana, yaitu dengan mengutamakan keluarga.

 

Mencari Tempat Curhat

Nah, bagaimana jika kita memang merasa tidak kuat dengan
problem rumah tangga yang mendera? Jika memang searasa sudah memenuhi otak dan hampir meledak, kita bisa mengurainya dengan bantuan berbegi, curhat atau konsultasi pada pihak ketiga. Pihak ketiga ini bukan sembarang orang, ya. Pilihlah orang dengan kriteria sebagai berikut :
1.   Memiliki ilmu agama yang mumpuni
Pernikahan adalah ikatan yang diatur dalam agama, maka
dasar-dasar fiqih perlu menjadi pertimbangan dalam memilih jalan keluar. Maka pilihlah penengah dengan ilmu agama yang baik.
2.   Amanah
Pihak ketiga ini tentu diharapkan bisa menjaga rahasia atau aib keluarga kita. Maka pihak ketiga haruslah orang yang menepati janji dan bisa memegang amanah yang kita berikan dengan baik.
3.   Memiliki kemampuan atau pemahaman yang baik tentang pernikahan
Melakukan konsultasi sebaiknya memang pada ahlinya. Ahli secara keilmuan atau bisa juga secara pengalaman.
4.   Tidak memihak
Penengah, memang seharusnya ada diantara dua pihak yang berseteru. Tidak memihak salah satu pihak, supaya tujuan berdamai bisa tercapai.
Selanjutnya pada bagian akhir, penulis menekankan pentingnya komunikasi untuk menyelesaikan masalah. Sebelum semua terlanjur kacau balau, cobalah untuk memraktikkan tips yang ada
pada halaman 219-222.
“Pernikahan yang kuat bukan
berisi suami-istri yang sempurna seperti dalam drama. Pernikahan yang kuat
terdiri dari dua manusia yang penuh kekurangan dan keterbatasan, namun mereka
tidak pernah berhenti berusaha, mereka menolak untuk menyerah”.
 
 
Nah, selesailah saya mereview buku Hijrah Sakinah Mengatasi 55 Masalah Utama Pernikahan Semudah Senyum, yang ditulis oleh Hanny Dewanty. Buku setebal 240 halaman ini diterbitkan oleh Ikon yang merupakan bagian dari Imprint Penerbit Serambi. Cetakan I beredar bulan September 2018 dengan ISBN : 978-602-61440-8-9.
Buku dengan cover biru muda dan halaman dalam berwarna merah muda milik saya sudah sedikit kucel karena sering saya bawa kemana-mana dalam tas saya. Maklum saya bukan tipe pembaca cepat, selain memang mau dibuat revienya. Saya bawa terus supaya ketika ada kesempatan dalam perjalanan saya bisa melanjutkan membaca dan membuat catatan yang
saya tuangkan dalam artikel review ini.
Semoga bermanfaat.
Surakarta, 8 April 2019
Sitatur Rohmah