Antisipasi Kejenuhan Belajar Daring menjadi topik pembahasan hangat di kalangan orang tua saat ini. Sabtu siang (24 Oktober 2020) pukul 13.00 WIB, saya mengikuti webinar parenting yang diselenggarakan SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta.
Seminar online yang dilaksanakan melalui aplikasi zoom dan live straming YouTube ini menghadirkan narasumber ibu Ernawati, S.Psi., M.Psi. Tema yang diangkat adalah “Mengantisipasi Kejenuhan Anak di Masa Belajar Daring”
Kalau tidak salah ingat, ini adalah parenting di sekolah Arif yang pertama kali sejak masa pandemi. Saya bersama sekitar 57 peserta mengikuti webinar lewat aplikasi zoom. Sementara tayangan video di YouTube diikuti sekitar 243 kali (data hari Sabtu malam. Pada saat teman-teman membaca artikel ini mungkin sudah berbeda)
Acara ini diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta, bekerjasama dengan dengan mahasiswa magang Fakultas Psikologi UMS, berlangsung mulai pukul 13.00-14.30 WIB
Narasumber, ibu Ernawati Morris, adalah seorang dosen IAIN Surakarta FUD jurusan Bimbingan Konseling Islam dan Psikologi Islam, Konselor Keluarga, anak dan remaja, juga Hipnoterapis di bidang pendidikan.
Orang Tua Terpaksa Menjadi Guru
Table of Contents
Saya pun menyimak dengan saksama apa yang yang disampaikan narasumber. Menurut ibu Ernawati, pendampingan orang tua dalam pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) idealnya mampu meningkatkan semangat anak dalam mengikuti pelajaran. Selanjutnyan akan tercipta keharmonisan hubungan antara orang tua dengan anak.
Pandemi ini mau tidak mau, harus menjadi orang tua sekaligus guru bagi anak. Pengalaman orang tua mendampingi anak selama PJJ ada beragam. Kita pernah mendengar berita terjadinya kekerasan pada anak terkait dengan kegiatan belajar di rumah, duuh.. menyedihkan ya? Ada juga yang merekam kejadian lucu selama PJJ, seperti kocaknya seorang ibu mengajari baca puisi, menghapal sila-sila Pancasila, dan banyak cerita lainnya.
Sekian lama berada di rumah saja, tidak boleh ke mana-mana, tentu membuat bosan. Kebosanan selama kurun waktu yang cukup lama, bisa mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anak. Bagaimana cara agar anak enjoy dan tidak bosan belajar bersama orang tua di rumah? Apa yang harus dilakukan supaya orang tua atau guru bisa menjadi sosok yang dirindukan oleh anak-anak? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mengawali pemaparan narasumber.
Muhasabah Diri Hadapi Pandemi Sebagai Langkah Awal Antisipasi Kejenuhan Belajar Daring
Sebelum lebih jauh membahas bagaimana mengantisipasi kejenuhan anak di masa belajar daring, ibu Ernawati yang juga adalah pendiri KBIT Al Kautsar Sukoharjo dan pengurus Himpunan Psikologi Indonesia cabang Surakarta mengajak semua peserta webinar untuk melakukan muhasabah.
Peserta diajak untuk bertanya pada diri sendiri, dengan beberapa pertanyaan,
- Apakah pandemi membuat kita dan keluarga kita lebih dekat kepada Allah atau sebaliknya membuat kita semakin jauh dari Allah
- Apakah kita menjadi pribadi yang lebih bertaqwa atau sebaliknya, kita mengutamakan urusan dunia?
- Apakah kita menjadi orang yang mudah berderma, atau sebaliknya?
- Apakah pandemi ini membuat kita lebih banyak ibadah, atau sebaliknya?
Muhasabah ini penting, karena sikap mental kita terhadap suatu keadaan akan mempengaruhi langkah yang kita ambil. Sebagai ilustrasi, ibu Erna menceritakan peristiwa yang benar-benar terjadi, untuk mudah memahami pentingnya kesehatan mental untuk menghadapi pandemi ini.
Ilustrasi dari Kisah Nyata
Ada seorang tua yang usianya lebih dari 60 tahun memiliki anak sholihah, yang selalu mendampingi orang tuanya yang sedang sakit. Meskipun pendampingan tidak bisa dilakukan secara langsung, hanya dari luar atau bahkan dari rumah. Anak sholihah ini selalu hadir dengan doa dan bacaan Ayat Al-Qur’an yang hampir tanpa jeda. Sang ayah yang dirawat menerima sakit ini sebagai ujian, sebagai penggugur dosa-dosa, dan menjalani perawatan dengan sabar.
Sementara itu, tak jauh dari orang tua ini dirawat, ada pasangan suami istri yang menderita sakit yang sama, yaitu terpapar virus covid.19. Keduanya sering mengeluh kepada para perawat karena tidak terima dengan keadaan yang mereka alami. Seolah mereka protes dengan cobaan Allah. Qadarullah, salah satu pasangan ini kemudian meninggal.
Orang tua dengan anak sholihah tersebut kemudian dinyatakan sembuh.
Teladan dari Sebuah Cerita
Ternyata sikap menerima dengan ikhlas atas ujian sakit yang derita, ikhlas bahwa sakit sebagai penggugur dosa, justru membuat kekebalan (imunitas) tubuhnya menjadi baik. Ditambah juga dengan keberadaan dan doa dari anak sholihah yang menjadi support bagi orang tua.
Jaga Kesehatan Jiwa
Dari ilustrasi tentang orang tua dan anak sholihah, kita bisa menarik kesimpulan sementara bahwa kesehatan jiwa akan mempengaruhi kesehatan fisik seseorang. Jika pandemi ini semua orang dianjurkan menjaga tubuh dakam kondisi sehat, jangan lupa juga untuk menjaga kesehatan jiwa. Kesehatan ruhani inilah kita supaya imunitas tetap baik, dan kita tetap sehat secara fisik. Dengan kata lain, meningkatkan kesehatan iman kita akan meningkatkan imun kita.
Orang Tua Harus Mau Belajar
Mungkin selama ini sebagai orang tua kita pasrah saja pada sekolah, sebagai orang tua cukup memilihkan sekolah yang berkualitas baik. Kalau toh mendampingi belajar anak di rumah, itupun sebatas mengingatkan dan mengontrol saja. Sedangkan yang terjadi saat ini, orang tua masih harus menjelaskan kembali apa yang sudah disampaikan oleh guru melalui video atau copy materi.
Kemauan orang tua untuk belajar adalah modal utama supaya terjalin kedekatan emosional antara anak dan orang tua. Saat anak-anak menghabiskan semua waktu di rumah inilah saat yang tepat untuk pedekate pada anak. Jadi kalau selama ini ketemu anak hanya pagi (sambil mengantar ke sekolah) dan kadang-kadang malam hari kalau orant tua tidak ada lembur. Nah, masa pandemi ini bisa diamnfaatkan untuk meningkatkan kualitas kedekatan orang tua – anak.
Menjadi Orang tua atau Guru yang Dirindukan Anak
Setiap orang tua tentu ingin menjadi idola bagi anak-anaknya, sehingga kehadiran kita benar-benar dirindukan anak. Bagaimana caranya? Kata kuncinya adalah iman, imun, aman. Sedangkan penjelasannya adalah sebagai berikut :
- Memperbaiki kualitas keimanan. Keimanan seseorang akan mempengaruhi kesehatan mentalnya, setelah itu akan terbentuk imun yang baik sehingga bisa ada dalam posisi aman (dalam kondisi sehat)
- Berpikiran positif. Situasi negatif bisa dialami siapa aja. Dengan memperbanyak energi positif akan bisa mengendalikan apa yang dipikirkan. Bukankah pikiran akan mempenaruhi emosi dan tindakan? Pikiran negatif bisa mengendalikan perasaan kita, ingat bahwa pikiran kita itu hanya bagian dari diri kita seutuhnya. Pikiran bisa kita kendalikan.
- Terbuka dan mau belajar kemajuan teknologi. Paksakan diri untuk mau belajar, jangan malu untuk belajar dari yang lebih muda.
- Belajar lebih kreatif (Mayke S Tedjasaputra, mengatakan kalau anak memang lekas bosan)
Hasil penelitian tahun 2011 di Tangerang 294 orang tua, pendampingan orangtua masih rendah, pola komunikasi juga masih kurang baik. Ketika saat ini peran serta orang tua sangat dibutuhkan, komunikasi amat mengambil peran. Komunikasi yang baik antara orang tua ( ibu-ayah) anak dan guru akan membuat proses belajar mengajar lebih lancar.
Kuatkan Ketahanan Keluarga untuk Antisipasi Kejenuhan Belajar Daring
Ini yang penting supaya kesehatan mental sekaligus kesehatan fisik terjaga. Pesan ibu Ernawati pada semua peserta adalah “Kuatkan ketahanan keluarga”. Dengan kerjasama yang solid antar anggota keluarga (terutama ayah ibu) akan tercipta ketahanan keluarga yang baik. Setelah tercipta kekompakan, komunikasi berjalan lancar, akan lebih mudah untuk bertahan dari berbagai ujian. Orang tua harus mampu mengasuh dan mendidik anak-anak secara bersamaan (keduanya).
Ketika orang tua ridha maka ridha Allah turun ke rumah itu.
Bagaimana jika nanti sudah mulai sekolah offline lagi?
Kita pasti ingin pandemi usai dan bisa menjalani kehidupan normal seperti sedia kala. Sekian lama melakukan pembelajaran jarak jauh, tentu anak sudah memiliki pola belajar baru. Mereka mungkin juga sudah terbiasa dengan model sekolah atau belajar daring.
Jika nanti tiba waktunya belajar di sekolah lagi, maka ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk kembali pada pola belajar lama, yang mungkin terlupa.
Sebelum masuk pada pembelajaran yang sesungguhnya, saran ibu Ernawati untuk sekolah adalah :
- Membuat masa transisi antara lama tidak sekolah dengan belajar di sekolah. Jadi pada minggu-minggu awal hanya dipakai pada penyesuaian kembali. Seolah-olah mereka semua adalah murid baru.
- Buat permainan seru seperti mereka adalah murid baru. Nah, ini akan menarik ketika anak-anak diajak berkenalan lagi, berkeliling di sekolah mengenal tempat-tempat yang digunakan belajar, termasuk kembali berkenalan dengan satpam dan penjaga sekolah.
- Setelah dipastikan anak-anak sudah enjoy, sudah klik lagi dengan suasana sekolag seperti sebelumnya, baru bisa dimulai kegiatan belajar mengajar.
Penutup
Sebagai penutup dari sesi webinar Parenting Antisipasi Kejenuhan Belajar Daring kali ini adalah muhasabah dan doa sebagai affirmasi positif bagi diri sendiri. Mengakui kekurangan lalu meminta ampunan, ikhlas menerima keadaan, dan optimistis menghadapi ujian dengan penuh kesabaran.
MasyaaAllah betul sekali. Segala ujian saat ini kita anggap sebagai salah satu jalan lebih mendapatkan ridha Allah kalau kita sabar. Semoga kita semua diberi kekuatan khususnya para orang tua dan guru yang mendampingi anak-anak PJJ bisa terus sabar aamiin
Kalau saya anak belum ada kelas daring tetapi saya yang masih sering ada kelas daring dan memang butuh antisipasi agsr tidak darting ?
Kemauan orang tua untuk belajar adalah modal utama. Saya suka paragraf yang di-highlight ini mba. Terutama orang tua yang dulunya ngaku gaptek, tapi gak mau belajar teknologi. Hihihi. Meski anak-anak saya masih belum sekolah, saya bisa ikut merasakan betapa jenuhnya anak melakukan seluruh aktivitas di rumah. Yang jelas, mereka tidak bisa leluasa bermain dan bercengkerama dengan teman-teman sebayanya. Itu saja sudah bikin anak kita stres.
Saya suka di poin, bahwa orangtua harus mau belajar. Dan saya menjalani fase itu mba. Alhamdulillah, memorinya masih ada Hehe..
Cuma selain Materi pelajaran, teknologinya juga kudu mesti belajar jugaa..
Tapi,, seruuu siihhh menurutku..
Bener banget kalo orang tua harus mau belajar. Duh saya jadi tersentuh cerita bapak yang ikhlas menerima sakit sebagai penggugur dosa. Sebuah tamparan bagi diri untuk selalu berpikir positif setiap saat.
Iya mbak… saya pun merasa dicubit, harus belajar dari kisah beliau, nih
iya bener, penerimaan dan akhirnya menjalani masa sakit dengan ikhlas bisa membuat hati tenang dan bisa jadi mempercepat proses penyembuhan juga
Karena hati yang bahagia bisa jadi obat, kan mbak?
Memang kunci dari kondisi ini adalah penerimaan terhadap kondisi yang kita alami yaitu adanya pandemi dan mengharuskan kita untuk melakukan BDR.
Kalau kita sudah bisa menerima, iklhas maka insya Allah ya mbak, semua yang kita lakukan terasa ringan dan mudah.
Kalau menurut seorang praktisi parenting yang beberapa waktu lalu mengisi webinar di sekolah anak saya. Adanya pandemi ini bisa menjadikan orang tua membayar hutang pengasuhan yang selama ini diabaikan, jadi kita ambil sisi positif dengan terus berdoa agar pandemi ini segera berakhir.
Meskipun belum berkeluarga, tapi dengar cerita sahabat2 yang sudah punya anak, ngurusin PJJ dan mereka masih sibuk webinar kanan-kiri, cukup lah bikin saya ikutan stres. Memang di masa pandemi gini, orangtua yang paling struggle, terutama para Ibuk saat menemani anaknya sekolah daring, semangat untuk semuanya!
Terima kasih mbak… semangat juga ya melewati masa-masa waspada untuk kita semua
Begitu menantang kondisi yang terjadi saat pandemi. Semoga anak-anak pada bisa bersabar dan tak terlalu terpengaruh dengn kondisi ini. Masa transisi sangat penting diperhatikan. makasih Bu artikelnya
Sama-sama pak Guru. Saya juga tertarik pembahasan soal masa transisi. Semoga anak-anak nanti bisa cepat beradaptasi lagi
Anakku yg gede pun mulai resah Mba dengan berita Jan tahun depan mulai masuk tatap muka. Terlalu lama daring keknya dia deh hehehe. Emang sih serba salah ya. Daring terus keenakan, tapi nah tatap muka masih ngeri ngeri syedap juga. Padahal Jogja sekarang statusnya merah semuaaa..
Sayangnya tidak semua orangtua mempunyai cukup waktu untuk mendampingi anak belajar di rumah karena ada tanggungjawab lainnya.
Iya benar… sedih kalau soal ini. Maunya pasti mendampingi, kan? Tapi… mau gimana lagi, ada yang lebih penting untuk dikerjakan
pandemi ini membuat kita semua jadi belajar di rumah, anak saya homeschooling mba, tapi tetep harus adaptasi dengan pandemi ini, mengatasi kangen aktifitas playdate dll yang semuanya dilakukan diluar rumah
Homeschooling juga ada pertemuan terjadwal kan ya? Sekarang jadi full home scholling deh
Kemarin juga sekolah anakku ngadain seminar antisipasi menghadapi belajar daring yang mulai menjenuhkan Ini Mbak memang hal kayak gini perlu kita pelajari karena kita sendiri udah Mulai jenuh udah pengen sekolah offline lagi dan emang bener kita harus menghadapi semua ini dengan syukur sabar dan positif thinking
Setuju, mbak… Semoga kita semua diberi kesabaran untuk menunggu semua betul-betul siap
Dengan metode PJJ, gak cuma anak-anak nya aja yang pintar belajar, tapi lama-lama para orang tuanya juga yang jadi pintar. Selalu ada sisi positif yang bisa kita ambil. Asalkan kita mau melihatnya dari dua sudut pandang yang lain.
Nah, betul. Banyak hal yang saya dapat selama mendampingi anak-anak belajar daring. Emaknya ikut tambah ilmu, nih.
Ya ampun ini jadi PR banget ya kak. Aku sampai kasihan sama ibuku yang kalo udah sejam aja matanya dah pedes katanya buat ngajar. Belum lagi kalo pada off camera semua, berasa kayak monolog :((
Mudah-mudahan daring ini segera jadi luring.
Iya… aku aja nungguin anakku yang nggak mau on kameranya sampai gemas. Kan kurang menghargai gurunya. Tapi karena semua off, ya sudah saya nyerah aja. Asalkan menyimak betul kalau dipanggil juga langsung on mic.
asli klo aku masih sekolah dan disuruh belajar online pasti bakal bosen juga lama2
salut sama org tua yang bisa arahin anaknya biar bisa fokus menikmati belajar daring
anakku semua juga udah bosen, mbak. Tapi mau gimana lagi, tetap harus menyesuaikan diri, kan?
Belajar daring memang bikin bosen anak, kadang saya siasati dengan cemilan bila jenuh alhasil badannya sedikit melar hehee… Tapi ada wacana sekolah tatap muka dengan protokol ketat. Dan jadwalkelas akan dilakukan secara bergiliran, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan Aamiin
Baru aja tadi baca berita online, kalau mulai Januari 2021 diperbolehkan sekolah offline, tapi engga wajib. Duh…berani ga ya? Kalau mau buka harus izin kepala daerah, sekolah, dan ortu.
Tapi di rumah aja, asli emang udah bosen banget juga…
iya nih mbak, anak-anakku sudah mulai bosan juga pengen segera sekolah. Rencana januari mau masuk tapi juga masih was-was apakah bisa berlangsung dengan kondisi seperti ini. Bismillah deh ya diikhlaskan aja apapun yang terjadi, semoga Allah selalu melindungi, amiin
Saya sepakat dengan pendapat yang mengatakan jika kesehatan jiwa berpengaruh kuat pada kesehatan fisik seseorang.
Seperti kejadian pandemi seperti sekarang ini, kebanyakan mereka yang bisa bertahan menghadapi virus adalah yang memiliki pikiran positif dan berkeinginan untuk sembuh.
Mengenai sekolah offline, mulai minggu ini anak saya masuk sekolah dengan sistem bergilir. Setiap hari yang datang ke sekolah sekitar 8 orang saja, dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Belajar daring ini tidak hanya membuat anak-anak jenuh, mbak. Orangtua bahkan nyaris stress. Semoga pandemi ini segera berakhir, anak-anak bisa ke sekolah lagi.
Yang aku rasakan selama PJJ ini adalah, sebetulnya yang harus belajar itu orang tua. Belajar mengenal psikologi anak, mengenal metode belajar, media belajar. salah dikit anak jadi mogok, emak lanjut badmood, wkwkwk.
Saya bolak-balik bilang sama diri saya sendiri, suami dan anak-anak. Pokoknya selama pandemi ini yang penting sehat dan bahagia. Sudah gak usah pengin macam-macam. Dua itu saja sudah cukup. Sehat karena bahagia dan bahagia karena selalu sehat. Kadang kalau jenuh ya sudah lepaskan aja semuanya. Mau tugas gak selesai ya gpp lah, manusiawi. Tekanan hidup udah berat, jangan diperberat. Pokok sabarnya harus panjangggg sampai tahun depan.
Banyak acara yang membahas bagaimana supaya anak tidak bosan belajar daring. Saya sedang menunggu2 adakah acara yang membahas cara meredakan stress ortu terutama ibu, dalam membersamai anaknya belajar daring. Hehehhe
Membersamai anak belajar daring ini memang tricky, banyak cobaannya. Tapi banyak pelajaran berharga selama pembelajaran daring ini ya Mbak, semoga selalu dilancarkan dan disehatkan sampai tiba pembelajaran normal