Ketika suara “Byuuuur” dan teriakan “Aaaaaaa” bersamaan adalah saat yang paling mendebarkan sekaligus paling menyenangkan. Deburan air sungai Elo dan bebatuan di tengah sungai pada musim kemarau adalah teman perjalanan kami. Keduanya akrab dan selalu dinanti, saat menyusuri aliran sungai Elo bersama Paradise Bali.

Ya, inilah ceritaku mengikuti kegiatan sekolah anak ketiga saya di Kabupaten Magelang, Sabtu 12 Oktober 2019. Rafting di sungai Elo adalah bagian dari kegiatan field trip semester I. Kegiatan lainnya adalah belajar bersama dengan siswa siswi kelas 6 SD Muhammadiyah Alternatif 1 Magelang atau biasa disebut SD Mutual. Rafting di sungai Elo kali ini dipandu oleh salah satu penyedia jasa wisata Paradise Bali.

Rundown Kegiatan Arung Jeram Sungai Elo

Setelah selesai belajar bersama sejak pukul 08.00, rombongan dari SD Muammadiyah Program Khusus Surakarta bertolak menuju titik finish rafting atau arung jeram di daerah Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang Jawa Tengah.  Tiba di lokasi, kami menuju tepi sungai Elo yang akan menjadi tempat tujuan akhir arung jeram kami.

Paradis Bali menyambut kami dengan dengan hangat dan menunggu semua rombongan tiba di lokasi. Hal pertama yang kami lakukan adalah mengumpulkan semua barang bawaan kami (termasuk handphone dan kamera) di ruang penitipan barang. Beberapa plastik besar disiapkan dan diberi nomor urut supaya mudah mengingat dimana barang disimpan. Angka 211 menjadi angka yang saya hafalkan saat itu, bukan nomor undian , tetapi nomor plastik dimana semua barang bawaan disimpan.

Setelah semua barang bawaan aman tersimpan, kami dikumpulkan di tempat lapang untuk mendapat pengarahan. Rombongan yang terdiri 59 siswa siswi, 59 orang tua dan 4 guru dibagi dalam 20 kelompok yang rata-rata berisi 6 orang (3 anak dan 3 orang tua). Anak-anak diminta memilih dengan siapa mereka akan mengarungi sungai Elo dengan kapal kano. Sofi, anak saya memilih Safira dan Atifah (tentu saja) bersama orang tua mereka. Oh, iya kelompok kami adalah kelompok 2, ini sesuai urutan keberangkatan menyusuri arung jeram.

Baca juga : Mencegah Anak Kecanduan Gadget

Dengarkan Panduan 

Sebelum berangkat, pemandu dari Paradise Bali memberi pengarahan dan peringatan, diantaranya tentang

  1. Informasi umum tentang sungai Elo, arung jeram sepangang 12 Km
  2. Peralatan yang digunakan selama arung jeram, berupa pelampung, helm pengaman dan dayung
  3. Cara memegang dayung yang benar (dicontohkan oleh pemandu)
  4. Cara mendayung yang benar (dicontohkan pemandu)
  5. Jumlah maksimal orang yang ada di kapal adalah 6 peserta dan 1 pemandu
  6. Setiap penumpang harus memakai pelampung dan helm selama melakukan rafting
  7. Memahami aba-aba mendayung berupa dayung maju, dayung mundur dan stop
  8. Sikap tubuh yang benar selama arung jeram
  9. Sikap tubuh yang benar ketika terjatuh dari boat yaitu posisi terlentang dan pandangan mengarah pada arah mengalirnya air
  10. Tempat pemberhentian untuk istirahat dan kudapan teman rehat
  11. Tempat bilas (mandi) di titik finish
  12. Peserta akan dibawa ke titik start dengan mengguankan angkutan (umum)
Baca juga : Berkah Merawat Orang tua yang Sakit

Peringatan disampaikan lebih untuk melindungi dan menjaga keselamatan peserta, seperti

  1. Tidak menurunkan kaki ke sungai ketika berada di jeram
  2. Dayung tidak menyentuh air atau batu ketika pemandu memberi aba-aba stop
  3. Mematuhi arahan pemandu ketika sedang melakukan arung jeram sungai Elo
  4. Melakukan sikap tubuh yang salah ketika terjatuh dari kapal (Telungkup atau tengkurap dan wajah masuk ke adalam air)

Saatnya Rafting

Setelah penjelasan dirasa cukup dan tidak ada pertanyaan, semua peserta naik ke atas ke tempat angkutan menunggu. Tiap mobil angkutan berisi 2 kelompok atau berjumlah 12 orang. Kapal yang akan digunakan sebagian diletakkan di atas mobil angkutan dan ditali supaya aman. Sedangkan sebagian kapal yang lain sudah siap di lokasi start.

Setelah tiba di titik start, pemandu membagi pelampung helm pengaman dan dayung pada tiap peserta. Tentang dayung, awalnya saya memilih gagang dayung warna oranye cerah dan bagian dayung berwarna biru, cakep deh pokoknya. Tapi ternyata pemandu meminta saya untuk menggannti dengan dayung lain yang lebih ringan, supaya tidak mudah lelah ketika rafting.

Sampailah juga boat kami berangkat menyusuri arung jeram sungai Elo, dengan panjang rute 12 km. Pemandu yang menemani kelomok kami (kelompok 2) adalah mas Umar, yang sudah bergabung dengan Paradise Bali sejak tahun 2009. Pengalaman 10 tahun menjadi pemandu membuat saya tidak khawatir dan percaya dia akan sigap dan siap dengan segala situasi yang ada.

Serunya Tuh di Sini  

Mulailah mas Umar memberi aba-aba dayung depan. Gerakannya adalah mengayunkan dayung dari deoan dan menariknya ke belakang. Seperti namanya, dayung depan bertujuan untuk membuat kapal kami bergerak maju (ke depan). Setelah sekitar 300 m, kami julai menemukan jeram kecil, rasanya cukup lah untuk persiapan menghadapi jeram-jeram berikutnya.

Ketika sampai pada kilometer pertama mulailah kami memasuki wilayah dengan jeram yang cukup menantang. Disinilah suara “byur” ketika kapal kami memasuki jeram berpadu dengan teriakan kami berenam “Aaaaaaaa”. Mesipun berteriak, bukan berarti kami takut, tetapi justru girang bukan kepalang, hihihi…

Sampai pada kilometer kedua kami sempat tersangkut di bebatuan. Meskipun mas Umar cukup sigap, dengan menarik kapal berisi 6 penumpang supaya bebas dari batu-batu yang menghambat jalannya laju boat kami. Begitulah lemudian bergantian antara air tenang dan kegiatan mendayung dengan aliran dangkal penuh bebatuan. Rasanya justru kami semangat mendengar aba-aba “Stop” karena saat itulah boat memasuki kawasan jeram yang menakjubkan.

Baca juga : Trik dan Tips Menulis Review Acara

Kejadian Tak Terduga Saat Arung Jeram Sungai Elo

Pada kilometer ke 5, kami bertemu dengan berapa kelompok pengarung jeram dari sekolah lain. Di sini terdapat benyak bebatuan yang membuat boat mudah tersangkut. Pemandu biasanya akan turun dan memberi aba-aba pindah posisi (ke sebelah kanan atau ke kiri) untuk memudahkan evakuasi.

Kelompok ini kemudian memang terbebas dari stag di bebatuan, tetapi 2 orang penumpangnya terjatuh dan terhanyut sementara boat mereka sudah melaju terlebih dulu. Satu orang terlihat dalam posisi terlentang dan terbawa arus dengan aman, sementara yang satunya dengan posisi sebaliknya, telungkup dan wajahnya terbenam di air.

Kami yang melihat ikut panik dan berusaha menolong. Dengan sigap pemandu kami menarik pelampung gadis berkerudung putih dengan seragan olah raga berwarna biru muda itu. Sampai di atas kapal kami, gadis yang kemudian menyebut namanya dengan Tia, menenagnkan hati sampai kemudian bertemu dengan kelompoknya dan kembali ke boat mereka.

Barangkali itulah yang terjadi ketika pengarung jeram tidak berada dalam posisi tubuh yang benar ketika terjatuh. Berbahaya sekali ternyata, selain terbawa arus tak terkendali, sangat mungkin ia meminum air sungai dan terantuk bebatuan. Duh… pasti sakit.

Rehat menikmati Degan Ijo

Pada kilometer ke enam, kami diberi kesempatan beristirahat sejenak dengan manikmati sajian berupa kelapa muda hijau (degan ijo) yang segar ditemani pisang rebus dan tahu goreng. Lumayan mengisi energi yang terkuras selama setengah perjalanan mengarungi sungai Elo.

Pada saat rehat inilah kami bertemu dengan peserta arung jeram Sungai Elo dari rombongan lain. Ada sekitar 5 rombongan yang saat itu mengikuti arung jeram. 2 kelompok besar (termasuk rombongan saya) dan 3 kelompok kecil. Setelah tenaga kembali terisi, kami pun mekanjutkan perjalanan dan menyelesaikan sisa setengah dari jalur arung jeram berikutnya.

Tak kalah seru dengan jeram di separuh awal tadi, mulai kilometer 6 sampai 12 banyak juga bebatuan yang membuat kapal kami terhenti. Jeram yang cukup besar dan memacu kembali andrenaline kami, menabrak batu yang membuat kami hampir terpelanting dan terjatuh. Untunglah kelompok 2 selalu mengikuti arahan pemaandu sehingga perjalanan kami terhitung aman dan terkendali.

(Tak Mau) Sampai Tempat  Finish

Pada jeram terakhir yang hanya kecil kami seolah dibawa pada suasana cooling down, karena beberapa meter setelah itu tampak pohon-pohon kamboja dengan bunga aneka warna menyambut kami di garis finish. Huhuhu… padahal masih seru, kok udah sampai

Kelompok 2 menjadi kelompok pertama yang sampai pada garis finish, kami disambut para pemandu yang sudah menunggu. Pemandu mengarahkan ke tempat dimana kami bisa meletakkan semua peralatan rafting berupa pelampung, helm pengaman dan dayung.

Selanjutnya pemandu di ruang penitipan barang sudah siap mendengar kami menyebutkan angka dan mencari tanda pada plastik besar dengan angka sesuai dengan yang kami sebutkan. 211, tepat sekali kedua tas saya berada di plastik ini. Tak mau berlama-lama menahan dingin kami menuju deretan kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah bersih, kami dipandu untuk menuju sebuah ruangan terbuka yang dipenuhi meja dan kursi. Pada bagian samping terdapat meja panjang berisi aneka hidangan makan malam. Dua minuman hangat (bahkan cenderung masih panas) berupa teh dan jeruk cukup mengobati hawa dingin yang mulai terasa di tepi sungai Elo ini.

Menu makan malam kami adalah nasi putih dengan mie goreng, ayam goreng, telur dadar, tahu goreng dan cah baso sayur. Entah rasanya yang enak atau perut kami yang kelaparan, nasi di piring masing-masing (yang terbuat dari anyaman lidi dan dialasi daun pisang) tandas tak tersisa.

Azan Maghrib berkumandang tepat ketika saya dan sebagian rombongan selesai makan malam. Musala kecil di bagian atas tak cukup menampung semua rombongan untuk salat Magrib berjamaah. Akhirnya cara bergantianlah yang kami lakukan supaya semua bisa tetap melaksanakan salat Maghrib (sebagian sekaligus salat Isya’ dengan cara jama’ qasar).

Alhamdulillah, dua kegiatan hari ini selesai dengan sukses tanpa halangan berarti. Dengan badan segar sekaligus pegal kami pun menaiki 2 bis yang akan mengantar kami kembali ke Solo.