Apa Kabar Sahabat?

Kapan terakhir kali Anda berkunjung ke perpustakaan?

Tanggal 14 Sepetember lalu, merupakan Hari Kunjung Perpustakaan Nasional. Mungkin peringatan ini memang masih kurang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Paling tidak dibandingkan hari besar yang juga di peringati di bulan September. Diantaranya adalah Hari Olah Raga Nasional (tanggal 9), hari Radio (tanggal 11) atau Hari Aksara Internasional (tanggal 8). Sayangnya keberadaan perpustakaan ini belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Padahal  adanya perpustakaan bisa membantu meningkatkan kesiapan masyarakat Indonesia memasuki era Teknologi Informasi. Dimana ada 6 literasi dasar yang harus dikuasai oleh setiap orang yang hidup di era 4.0, zaman yang serba online. Kesiapan menguasai 6 literasi dasar ini bisa ditingkatkan dengan penguatan gerakan literasi keluarga.

6 Literasi Dasar

Salah satu komponen penting dari 6 literasi dasar ini adalah literasi digital. Karena sedemikian pentingnya literasi ini, pemerintah melalui Kemendikbud sudah giat mengkampanyekan literasi digital ini sejak tahun 2014.

Literasi digital ini akan melengkapi 5 literasi lainnya yaitu literasi bahasa dan sastra, sains, finansial, kewarganegaraan, dan literasi budaya.

Mengapa literasi digital dianggap penting? Alasannya adalah bahwa dibalik manfaatnya yang sedemikian banyak, dunia digital membuat orang lebih berani bersuara lantang lewat media sosial.

Sayangnya keberanian ini tidak dibarengi dengan kuatnya tanggung jawab, tetapi sebaliknya malah ditambah dengan ujar kebencian, dan penyebaran informasi hoax. (Majalah Panduan Keluarga edisi Agustus 2017)

koleksi buku perpustakaan

dokumen pribadi

Salah satu penyebab mengapa informasi hoax sangat cepat beredar di masyarakata adalah karena minimnya budaya membaca dikalangan masyarakat Indonesia. Padahal budaya membaca ini salah satu kegiatan utama dalam literasi keluarga

Performa tingkat literasi negara Indonesia secara keseluruhan pun ternyata juga masih rendah.

Data ini diperoleh dari hasil penelitian Program for International Student Assessment (PISA), yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development (OEDC) tahun 2015. (DetikNews.com 05 Januari 2019).

Dari hasil penelitian PISA, Indonesia menduduki rangking ke 62 dari 70 pada peringkat literasi negara-negara di dunia. Penelitan dari lembaga lain hasilnya kurang lebih sama, yaitu tingkat literasi negara Indonesia masih pada posisi rendah.

Baca juga : 5 Alasan Mengapa Perlu Sering Mendongeng pada Anak

Rendahnya tingkat literasi sebenarnya tidak hanya disebabkan oleh rendahnya minat membaca, tetapi juga oleh faktor lain seperti ketersediaan bahan bacaan yang memadai, stabilitas ekonomi dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan.

Ketersediaan bahan bacaan, disadari belum secara menyeluruh menjangkau masyarakat Indonesia, terutama mereka yang tinggal di daerah pedalaman.

Untuk mengatasi kesenjangan jangkauan antara wilayah perkotaan dan wilayah pelosok, pemerintah dalam hal ini PT. Pos Indonesia membuat program gratis biaya pengiriman buku ke pelosok. Free Ongkir pengiriman buku ini dilaksanakan sebulan sekali tiap tanggal 17.

Penggratisan ini bertujuan meningkatkan minat baca masyarakat dan lebih terjangkaunya buku bacaan oleh masyarakat di seluruh wilayah di Indonesia. (detikNews.com, 20 Mei 2017).

Apa yang Perlu Diperbaiki?

Tidak hanya pemerintah, pihak swasta pun tergerak untuk meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat, terutama anak-anak dengan program Pustaka Bergerak. Bersama para relawan di berbagai pelosok di tanah air, inisiator Pustaka Bergerak Nirwan Ahmad, mendatangi kampung-kampung.

Armada yang dipakai mulai dari mobil, gerobak atau becak buku untuk memuaskan minat baca anak-anak di seluruh Indonesia. Sampai saat ini terdaftar sekitar 15 ribu relawan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Jika pemerintah dan swasta telah bergerak untuk mendongkrak minat baca masyarakat, lalu apa faktor lain yang perlu diperbaiki supaya performa peringkat literasi negara kita meningkat?

  1. Membuat Buku yang Menarik

Membaca buku

Bagaimana membuat masyarakat, terutama anak-anak lebih gemar membaca salah satunya adalah membuat buku yang menarik.

Tahun-tahun belakangan buku-buku terjemahan dari buku terbitan luar negeri masih lebih diminati anak-anak. Sementara buku anak terbitan Indonesia jumlahnya masih dibawah buku umum.

Kabar baiknya adalah saat ini makin marak dan menjamurnya para pegiat literasi di Indonesia. Karya para pegiat literasi yang peduli dengan peningkatan budaya literasi keluarga ini cukup memberi angin segar bagi anak-anak dan meningkatnya budaya membaca.

Banyak diantara mereka adalah para ibu rumah tangga, yang karya mereka bersama komunitas pegiat literasi sudah mulai terbit. Buku-buku tersebut tentu saja bisa ikut mengisi kebutuhan anak-anak terhadap buku yang menarik.

Buku-buku tersebut bisa menambah koleksi buku di perpustakaan dan meningkatkan pamor perpustakaan.  Perpustakaan akan kembali dilirik sebagai tempat kunjungan favourit jika koleksi buku-buku diperpustakaan beragam, lengkap, dengan tampilan yang tidak kalah bagus dengan buku terbitan luar negeri.

 

  1. Jangan Menunggu, tapi Jemput Bolamu

Perpustakaan keliling

Sumber : Pinterest

Keberadaan perpustakaan memang sangat penting untuk meningkatkan budaya literasi keluarga. Harga buku yang masih mahal bisa diatasi dengan meminjam buku di perpustakaan. Siapapun bisa mendapatkan buku yang diinginkan dan miminjamnya dari perpustakaan. Sayangnya kunjungan ke perpustakaan masih jarang dilakukan.

Jika perpustakaan selama ini cenderung pasif menunggu pengunjung datang, ide dari relawan Perpustakaan Bergerak bisa dicontoh untuk perpustakaan di daerah lain.

Caranya adalah dengan membuat kegiatan diluar perpustakaan, membawa buku-buku dan membiarkan masyarakat bebas membaca di luar perpustakaan. Jika interaksi dengan buku sudah terbuka nantinya masyarakat akan mencari buku-buku ke perpustakaan atau toko buku.

Cara lain adalah dengan mendatangi kerumunan masyarakat seperti acara Car Free Day yang diselenggarakan hampir di tiap kota. Kegiatan santai di hari libur ini biasanya bertempat di jalan utama dengan membuat kawasan tersebut bebas kendaraan bermotor untuk durasi tertentu, biasanya pukul 06.00-09.00. Perpustakaan bisa memanfaatkan momen ini untuk mendukung literasi keluarga dengan menyediakan buku-buku untuk dibaca para pengunjung di lokasi Car Free Day.

  1. Dimulai dari Lingkungan Keluarga

perpustakaan keluarga

Sumber : Pinterest

Sebenarnya poin inilah yang lebih penting. Yaitu meningkatkan kegiatan literasi keluarga mulai dari rumah, yang merupakan lingkungan terdekat dari anak. Kegiatan literasi keluarga bisa berupa membuat semacam pojok baca atau perpustakaan mini di rumah. Tidak perlu mewah dengan biaya besar, cukup dengan menata rapi buku-buku yang tersedia di rumah, meletakkan pada salah satu sudut rumah dan membuat tempat tersebut nyaman.

Keberadaan pojok baca ini perlu juga dilengkapi dengan kegiatan pendukung seperti kebiasaan bercerita, mendongeng atau membaca bersama-sama sebuah buku lalu membahasnya dalam obrolan santai yang hangat. Dari kegiatan ini, tidak hanya kedekatan antar anggota keluarga yang tercipta, tetapi juga kebiasaan berdekatan dengan dunia literasi. Pada gilirannya kecintaan anak pada dunia literasi akan meningkat demikian minat baca anak-anak.

Baca juga : Anak Milenial Tumbuh Tampa Gadget? Bisa Tidak, ya?

Hasil Yang Akan Dicapai

Lalu, apa yang akan bisa dicapai dari digalakkannya literasi keluarga ini? Terbiasa dengan kegiatan literasi, membuat minat membaca akan muncul dengan sendirinya. Semakin banyak membaca semakin luas pula pengertahuan anak.

Perpustakaan sebagai “rumah ilmu pengetahuan” sudah seharusnya terus meningkatkan pelayanan dan. Jika dulu hanya memiliki koleksi buku-buku, maka di era teknologi informasi ini, perpustakaan harus melengkapi koleksinya dengan produk sesuai zaman. Jaringan internet sebagai sarana mengakses e-book, jurnal online, dan bentuk literasi digital lainnya.

Pemahaman yang baik terhadap sebuah bacaan akan membuat anak memiliki pemahaman yang bagus terhadap konsep peristiwa, alur informasi, penggunaan penalaran  berpikir yang baik dan lain lain. Intinya wawasan anak menjadi lebih luas dan memiliki kepribadian yang kuat. Luasnya wawasan membuat anak tidak akan mudah terpengaruh dengan berita hoax, lebih berpikir kritis dan terbuka.